Suaraku tak bisa berhenti bergema.
di semesta raya suaraku membara.
Walau kau terus saja coba membungkamnya.
Namun suaraku tak pernah bisa kau redam.
Karena kebenaran akan terus hidup.
Sekalipun kau lenyapkan kebenaran takkan mati.
Aku akan tetap ada dan berlipat ganda.
Siapkkan barisan dan siap untuk melawan.
Akan terus memburumu seperti kutukan.
Aku bukan artis pembuat berita.
Tapi, aku memang selalu kabar burut buat penguasa.
Puisiku bukan puisi.
Tapi kata-kata gelap yang berkeringat dan berdesakkan mencari jalan.
Ia tak mati-mati meski bola mataku diganti.
Ia tak mati-mati meski bercerai.
Dengan rumah dan ditusuk-tusuk sepi.
Ia tak mati-mati telah kubayar yang dia minta.
Umur, Tenaga, Luka.
Kata-kata itu selalu menagih.
Padaku ia berkata kau masih hidup.
Ya, aku masih hidup dan kata-kataku belum binasa.
Kebenaran takkan mati.
Makana perbait puisi ini apa ya
BalasHapusMakana perbait puisi ini apa ya
BalasHapusMakana perbait puisi ini apa ya
BalasHapusLirik PUISI di atas cukup sederhana namun sangat mengena di telinga para pendengar lagu tersebut. Hal Yang melatarbelakangi lagu tersebut adalah penghilangan terhadap seorang warga negara Indonesia pun sebagai seorang sosok ayah bagi FAJAR MERAH, ia menulis lirik lagu beserta puisi di atas sebagai suatu sikap dan bentuk wujud dari ke tidak adilan pemerintah terhadap kasus kriminalitas yang terjadi pada ayahnya.
HapusSampai saat ini, kasus penghilangan WIDI KUTUL dan sejumlah aktivis lainnya masih belum terungkap. Sangat di sayangkan memang negara yang besar ini harus ternodai dengan berbagai politik yang ada, mulai dari kemiskinan yang tak kunjung selesai, korupsi yang merajalela, infrastruktur yang kurang memadahi sampai pada kasus orang baik yang membela hak asasi manusia pun juga turut di hilangkan, dan seakan pemerintah tak serius dalam menangani kasus widji tukul dan sejumlah aktivis lainnya.
WIDJI TUKUL sendiri adalah seorang tokoh aktivis HAK ASASI MANUSIA (HAM) yang membela kaum buruh pada waktu itu" karena antara jumlah tenaga yang di keluarkan tak sebanding dengan upah yang di berikan kepada buruh, ia juga aktivis bagi para buruh di kotanya jawa tengah, ia adalah aktivis yang pro dengan demokrasi dan menolak orde baru pada tahun 1998.
Ia juga seorang penyair yang tajam dengan bait kata-kata puisinya, dengan cara menuangkan ide dan gagasannya melalui syair dan puisi ia di kenal oleh masyarakat kaum buruh dan masyarakat luas pada umumnya. Hingga suatu titik ia di anggap orang yang berbahaya oleh pemerintah sebab syair, lirik dari puisi-puisiwidi tukul kerap kali mengkritik pemerintahan sehingga ia di tetapkan oleh pemerintah sebagai buronan yang berbahaya bagi negara, sehingga pemerintah menyuruh para aparat kepolisian untuk menangkap WIDJI TUKUL dengan tembak di tempat.
Miris memang, hidup di negara Indonesia yang katanya besar ini harus di bumbui dengan politik yang tidak sehat. Orang benar di salahkan, orang yang salah menjadi panutan dan di beri kepercayaan.
TERAKHIR, sebait puisi WIDJI TUKUL yang sampai detik ini tidak asing lagi bagi para pemuda di Indonesia adalah "APABILA USUL DI TOLAK TANPA DI TIMBANG, SUARA DI BUNGKAM KRITIK DI LARANG TANPA ALASAN, DI TUDUH SUBVERTIF DAN MENGGANGGU KEAMANAN, HANYA ADA SATU KATA" LAWAN!